RSS Feed

kenalaken, kulo

Foto Saya
WICAKSONO AZ-ZAKY
Bastian Arif Wicaksana. Jawa asli.
Lihat profil lengkapku

Kamis, 09 April 2015

AZIZAH TITIP PESAN SINGKAT



Perjalanan yang panjang dan melelahkan dari Yogya ke Banjaranyar, kampung halaman tercinta. Mak dan bapak pasti sudah tidur kalau selarut malam ini. Untung saja kakakku masih terjaga. Jadi aku masih bisa masuk rumah. Perjalanan menuju kamar, sudut kanan mataku menangkap seseorang sedang terduduk di ruang tamu memandang ke arah luar jendela panjangnya. Di kegelapan, yang terlihat hanya bayangan samar saja. Tapi aku tahu bayanganitu. Bayangan itu milik adikku, Azizah.
Sudah hampir 11 tahun aku tak bertemu dengannya. Setiap kali aku pulang, dia selalu sedang tidak di rumah. Perpisahan selama itu membuat dirinya seperti baru saja kembali dari kematian bagiku. Ini kesempatanku untuk melepas rindu dengan yang terkasih. Aku letakkan tasku di tempat terakhir aku berdiri menatapnya dan berjalan mendekatinya perlahan. Aku duduk dengan pelan dan sangat dekat dengannya. Kupeluk tubuh yang sudah lama tak pernah kusentuh itu dan memberikan kecupan agak lama di pipi kanannya. Bisa kurasakan pipi sedingin besi lewat kedua bibirku. Masih sama seperti 10 tahun yang lalu ketika kukecup dia juga saat kami berpisah. Bau itu juga sama. Tidak berubah sama sekali. Dia menoleh dan menatap kearahku. Aku melepaskan pelukanku dan membalas tatapan matanya. Tidak ada kata yang keluar sama sekali. Kami sama-sama sadar. Kami sudah tidak membutuhkan kata-kata sama sekali untuk berkomunikasi. Bahasa apapun sudah tidak berarti. Sebuah tatapan saja sudah cukup mengungkap semua yang ingin kami sampaikan. Tiba-tiba air mata meleleh di kedua pipinya. Begitu derasnya hingga turun membasahi bajunya. Air mukanya mengungkapkan kesedihan yang mendalam. Seketika itu juga semua yang ingin diungkapkannya langsung merasuk kedalam hatiku layaknya wahyu atau ilham dari tuhan yang diturunkan untuk orang-orang yang dipilih-Nya. Kira-kira yang diungkapkannya seperti ini.

"pagi ini orang kampung menemukan dua lumba-lumba terdampar. Dua-duanya dalam keadaan yang menyedihkan. Air mata mengalir di mata mereka. 5 hari sebelumnya penyu hijau seukuran manusia dewasa juga terdampar. Dia pun mengeluarkan air matanya. Di hari yang sama ribuan ikan mati dan mengapung di tepi laut kita. Kondisinya masih segar namun mata mereka sangat merah. Orang kampung pikir itu semua kejadian biasa. Aku bilang kepada mereka bahwa lumba-lumba dan penyu tadi tidak terdampar melainkan mendamparkan diri mereka sendiri. Mereka sengaja menemui kita dan menyampaikan pesan dengan air mata mereka. Pun begitu halnya dengan ribuan ikan tadi. Semuanya melakukan hal yang sama. Hanya saja ikan tidak bisa mengeluarkan air mata. Itulah sebabnya mata mereka begitu merah padahal kondisinya masih segar. Makhluk-makhluk tuhan itu ingin mengatakan pada kita bahwa kelakuan kita telah memperburuk kondisi laut. Karang-karang yang kita hancurkan sejak 20 tahun yang lalu membuat para ikan bingung harus bertelur dimana. Eksploitasi berlebihan buah karya pukat harimau membuat banyak ibu ikan harus melihat ank-anaknya mati percuma. Setiap seretan pukat itu selalu memberikan pertanyaan pada ikan mengenai keterusan generasi mereka. Sampah-sampah, limbah-limbah membuat plankton-plankton yang biasanya selalu meramaikan tepian laut kita di malam hari dengan pendaran birunya yang indah enggan lagi mampir. Aku mengatakan yang sejujurnya pada orang kampung tapi mereka malah mengolokku telah membual."

Ceritanya membuat air mataku tak kuasa lagi kutahan. Lelehannya terasa sangat panas di pipi dan menembus hingga membakar hati. Beberapa saat kami masih saling menatap. Saat air mataku berhenti mengalir, adikku berdiri dan mulai beranjak dari tempat duduknya. Kini dia yang mengecup pipiku dan mulai berjalan menuju kamarnya. Mataku tak bisa lepas memandanginya hingga tubuhnya menghilang ditelan kegelapan dan kesunyian kamarnya. Kamar itu, taka da satu pun yang pernah memasukinya. Kegelapannya membutakan mata, kesunyiannya memekakkan telinga. Kami telah berpisah kembali dan tak tahu kapan akan bertemu lagi. diantara kami, pertemuan bisa berarti perpisahan. mungkin saja kami akan bertemu lagi kemudian hari tatkala laut tak lagi didzalimi.

0 komentar:

Posting Komentar